Dosen Bagian IKM-KP FK UNS Mengikuti Pelatihan Bahasa Isyarat Bahasa Indonesia Tingkat Dasar di LPPM UNS

Pada tanggal 23 Agustus 2024, telah dilaksanakan penutupan acara “Pelatihan Bahasa Isyarat Tingkat Dasar bagi Tendik, Dosen, dan Mahasiswa Universitas Sebelas Maret”. Acara ini merupakan kolaborasi dari Pusat Studi Disabilitas (PSD) LPPM UNS, BEM UNS, dan Pusbisindo Wilayah Jawa Tengah. Acara ini berlangsung lebih kurang 3 minggu, dari 5 Agustus hingga 23 Agustus 2024. Dalam penutupannya, Arsy Anggrellanggi, S.Pd., M.Pd. sebagai perwakilan dari PSD LPPM UNS dan juga dosen program studi Pendidikan Luar Biasa FKIP UNS mengungkapkan bahwa tahun ini adalah sesi (tahun) kedua pelaksanaan pelatihan ini. Diharapkan dengan adanya pelatihan ini UNS akan semakin inklusif. Ibu Arsy juga mengapresiasi dosen dan tenaga kependidikan (tendik) yang ikut dalam pelatihan karena dari segi jumlah jauh lebih banyak dibanding tahun sebelumnya. Apresiasi juga diberikan atas dedikasi dosen dan tenaga kependidikan dalam mengikuti pelatihan dengan rajin menghadiri setiap pertemuan dan tidak segan untuk bertanya. Untuk tahun ini, FK UNS, melalui Kepala Program Studi S-1 Kedokteran, Dr. Eti Poncorini Pamungkasari, dr., M.Pd., mengirimkan 1 dosen dalam pelatihan ini. Dosen yang dipilih adalah Danang Wahansa Sugiarto, S.K.M., M.K.M., dari Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat-Kedokteran Pencegahan FK UNS.

Walaupun program studi di FK UNS tidak menerima mahasiswa difabel, pengiriman perwakilan dari FK sangat penting untuk dapat memahami inklusifitas. Setelah mengikuti pelatihan selama 3 minggu dan diakhiri dengan ujian akhir setelah acara penutupan, Bapak Danang memberikan komentar dalam press release ini bahwa inklusifitas bukan hanya soal sarana-prasana, bukan hanya soal eksistensi dan admisi mahasiswa di dalam fakultas, tetapi juga soal bagaimana kita bisa memahami mereka dengan berkomunikasi. Komunikasi yang inklusif akan mendapati bahwa mereka yang difabel itu ada dan mereka sama seperti kita manusia pada umumnya, mereka ingin dipahami dan memahami manusia secara interpersonal. “Pelatihan ini juga dapat meningkatkan sensitisasi difabilitas pada tiap peserta pelatihan”, ujar Bapak Danang.

Pada sela-sela pelajaran dilakukan sesi mini game, hal ini dalakukan agar para peserta tidak hanya paham dengan teori tetapi juga mampu mengaplikasikannya secara langsung dengan baik. Selain itu, dengan dilakukannya mini game ini dilakukan agar para peserta tidak bosan dengan materi yang disampaikan tapi juga semakin tertarik dan termotivasi dalam mempelajari bahasa isyarat.