Artikel ini ditulis oleh dr. Farahdila Mirshanti, MPH, Kepala UPT Puskesmas Purwodiningratan Solo, Mahasiswi S3 Ilmu Kesehatan Masyarakat UNS
Dimuat di Solopos.com yang dapat diakses melalui tautan ini
Sampai saat ini, Covid 19 masih menjadi masalah kesehatan global yang belum teratasi. Angka kasus di seluruh dunia mencapai 178 juta dengan angka kematian mencapai 3,86 juta pada 20 Juni 2021. Di Indonesia, angka kasus Covid-19 mencapai 1,98 juta, dengan 1,79 juta sembuh, dan 54,3 ribu meninggal pada kurun waktu yang sama. Di Solo sendiri, sampai dengan 20 Juni 2025, sudah terdapat 12.072 kasus Covid-19, 10 800 kasus sembuh, dan 583 orang meninggal dunia karena Covid-19.
Setelah libur Lebaran, dapat dikatakan saat ini Indonesia kembali menghadapi lonjakan kasus Covid 19 dengan angka penambahan per hari mencapai 13.000 kasus lebih pada 20 Juni 2021. Sebagian besar kasus Covid-19 dibuktikan penyebabnya adalah virus Covid-19 varian Delta (SARS Cov2 B.1.6.17.2), atau yang sering disebut sebagai varian India, yang menular jauh lebih cepat. Bahkan di beberapa daerah seperti Jakarta, Madura, dan beberapa wilayah di Jawa Tengah seperti Kudus terjadi lonjakan yang sangat tajam, sehingga beberapa wilayah tidak mampu lagi menangani kasus di wilayahnya sendiri.
Berbagai upaya telah dan sedang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi berbagai dampak pandemi Covid 19 dan memutus rantai penularannya, Langkah langkah yang diambil meliputi perluasan dan restrukturisasi rumah sakit dan fasilitas kesehatan seperti penambahan bed dan daya tampung pasien dan penambahan sumber daya manusia kesehatan di pelayanan kesehatan, upaya-upaya promotif preventif melalui kampanye kampanye dan anjuran anjuran protokol kesehatan untuk pencegahan penularan penyakit (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak membatasi mobilitas, dan menghindan konumunan), pembentukan satgas-satgas Covid-19, hingga vaksinasi.
Vaksinasi
Vaksinasi merupakan salah satu cara proaktif yang aman dan efektif untuk melindungi manusia dari tertularnya penyakit. Vaksinasi sebagai suatu produk biologis bekerja dengan cara memberikan perlindungan kepada seseorang, terhadap berbagai penyakit yang dapat sangat berbahaya dan mematikan, dengan memproduksi imunitas terhadap penyakit tertentu tersebut.
Peran vaksinasi di era pandemi sangat penting. Vaksinasi akan mampu menyelamatkan populasi manusia dengan cara mencegah penularan penyakit di antara manusia, dengan membentuk imunitas (kekebalan) di dalam tubuh manusia. Selain itu, vaksinasi juga mempunyai berbagai manfaat dan tujuan lain. European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC) menyatakan bahwa vaksinasi perlu dilakukan untuk mengurangi beban sistem kesehatan, menurunkan tingkat kematian dan keparahan penyakit Covid-19 secara keseluruhan, pembukaan kembali kegiatan-kegiatan massa di masyarakat, serta eliminasi penyakit Covid-19 itu sendiri.
Kemudian dengan adanya vanan baru, apakah vaksin masih bermanfaat? Tentu saja ya! Vaksin masih efektif melawan varian-varian baru, walau tidak seefektif pada varian lama. Vaksin juga tetap dapat mencegah perawatan di RS dan kematian. Selain itu, semakin banyak orang yang tervaksin akan menyebabkan menurunnya penularan, dan akan mengurangi munculnya varian-varian baru.
Herd Immunity
Tujuan vaksinasi yang lain adalah tercapainya herd immunity di masyarakat. Herd immunity (kekebalan kelompok) adalah istilah epidemiologi yang merujuk pada perlindungan tidak langsung yang diperoleh suatu individu terhadap infeksi penyakit, karena sebagian besar individu di sekitarnya telah memiliki kekebalan (baik karena pemah terinfeksi sebelumnya atau telah divaksinasi). Akibatnya, individu-individu di sekitarnya tersebut tidak dapat terinfeksi penyakit, sehingga tidak akan menularkan penyakit pula.
Dengan kata lain, kelompok-kelompok orang yang tidak dimungkinkan atau tidak terjangkau vaksinasi (misal mempunyai suatu penyakit sehingga tidak memenuhi syarat untuk vaksinasi), akan ikut terlindungi jika sebagian besar orang yang tinggal di sekitamya telah mempunyai kekebalan. Vaksinasi dapat mempercepat tercapainya herd immunity (kekebalan kelompok) ini dengan cara yang jauh lebih aman, cepat dan terkendali.
Berapa banyak orang harus mempunyai imunitas/kekebalan, agar penyakit menjadi stabil dalam komunitas (dan kelompok-kelompok rentan dapat terlindungi)? Batas jumlah minimal orang yang harus mempunyai kekebalan, agar penyakit menjadi stabil dalam komunitas (dan kelompok rentan dapat terindungi) inilah yang disebut sebagai Herd Immunity Threshold (HIT). Para ahli telah menghitung, bahwa HIT untuk penyakit Covid-19 adalah sebesar 67% (atau sering dibulatkan menjadi 70%). Jika HIT dilampaui, jumlah kasus baru akan menurun, dan eliminasi penyakit akan tercapai. Di sinilah peran vaksinasi menjadi sangat penting, yaitu mencapai herd immunity melalui cara yang aman dan terkendali.
Cakupan Vaksinasi
Sampai saat ini, cakupan vaksinasi di Indonesia masih sangat jauh dari target yang ditetapkan oleh pemerintah Pemerintah menargetkan 181,5 juta jiwa (sekitar 70%) warga Indonesia harus divaksinasi (atau mempunyai imunitas) untuk mencapai herd immunity (kekebalan kelompok). Sampai awal Juni 2021, baru sekitar 27 juta vaksinasi (17 juta vaksinasi dosis 1 dan 10 juta vaksinasi dosis 2) dilakukan di Indonesia, atau sekitar 5% dibandingkan target 70% yang ditetapkan oleh pemerintah.
Persentase ini adalah angka yang mampu dicapai dalam kurun waktu sekitar 5 bulan (dimulai sejak program vaksinasi Covid-19 pertama kali di Indonesia pada pertengahan Januari 2021). Agaknya, akan sulit menyelesaikan vaksin pada tahun 2022 seperti yang pernah ditargetkan pemerintah sebelumnya.
Kendala dan Alternatif Solusi
Berbagai kendala ditemui pemerintah dalam pelaksanaan program vaksinasi Covid-19 ini. Di satu sisi, pemenuhan ketersediaan vaksin menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah. Dengan terbatasnya jumlah vaksin, dibuatlah berbagai tahapan dan prioritas sasaran vaksinasi (tenaga kesehatan, lansia, kelompok rentan, pelayan publik, dan sebagainya). Di sisi lain, partisipasi masyarakat untuk mengikuti vaksinasi ternyata juga masih kurang.
Menurut penelitian di Kuwait (2021) banyak faktor yang memengaruhi kesediaan seseorang untuk menerima vaksinasi. Beberapa alasan seseorang tidak bersedia melakukan vaksinasi antara lain (1) kekhawatiran terhadap efek samping vasinasi, (2) kurangnya informasi mengenai vaksinasi (3) keraguan akan efektivitas vaksin, (4) sulitnya akses vaksinasi, (5) nyeri akibat injeksi (6) biaya dan sebagainya.
Penolakan oleh sebagian masyarakat terhadap vaksin, juga terjadi di wilayah kerja UPT Puskesmas Purwodiningratan Solo. Setidaknya sekitar sepertiga hingga setengah sasaran lansia, yang mendapat prioritas vaksinasi, (pernah) menolak vaksinasi. Dari hasil wawancara didapatkan bahwa keengganan mereka mengikuti vaksinasi antara lain karena: (1) ketakutan akan efek samping atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), (2) tidak diizinkan oleh anak, (3) ketakutan karena mengidap penyakit-penyakit degenerative (komorbid), dan sebagainya.
Karenanya, pemahaman masyarakat luas mengenai manfaat, kecilnya efek samping, serta berbagai informasi yang benar tentang vaksinasi, perlu dilakukan/dipersiapkan dangan sebaik-baiknya. Berbagai media audio, elektronik, cetak dan sebagainya perlu dimanfaatkan secara maksimal untuk menyebarkan informasi-informasi yang benar mengenai vaksinasi kepada masyarakat. Juga diperlukan kerja sama dan menyeluruh dengan berbagai lintas sektor (pembuat kebijakan, tenaga kesehatan, kelurahan, RW, RT, tokoh masyarakat, tokoh agama, pendidik, dan sebagainya) untuk memotivasi masyarakat serta agar informasi-informasi mengenai vaksinasi khususnya vaksin Covid 19 dapat tersampaikan dan diterima dengan baik di masyarakat.
Dengan tersampaikannya informasi dengan baik ke masyarakat, diharapkan akan memengaruhi sikap dan perilaku masyarakat terhadap vaksinasi, dan pada akhirnya akan membantu percepatan program vaksinasi Covid-19 di Indonesia.